Rabu, 21 Desember 2011

Lingkungan dan Status Gizi

KOMPONEN LINGKUNGAN (BIOLOGIS, FISIK, SOSIAL BUDAYA, EKONOMI DAN POLITIK)
YANG BERPENGARUH PADA STATUS GIZI

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Secara garis besar faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu lingkungan pranatal dan pascanatal. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi seseorang saat masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi seseorang setelah lahir. Dalam tulisan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah tentang faktor lingkungan pascanatal.
Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap status gizi seseorang yaitu lingkungan biologis, fisik, sosial budaya, ekonomi, politik. Faktor biologis yang berpengaruh adalah tumbuhan hijau, tumbuhan tak hijau, parasit, manusia, binatang, ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. Tumbuhan hijau contohnya adalah sayuran, buah-buahan, dan sebagainya. Dan tumbuhan hijau tersebut akan mempengaruhi asupan gizi pada seseorang.
Faktor fisik yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang adalah cuaca, keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Cuaca dan keadaan geografis berkaitan erat dengan pertanian dan kandungan unsur mineral dalam tanah. Daerah kekeringan atau musim kemarau yang panjang menyebabkan kegagalan panen sehingga persediaan pangan di tingkat rumah tangga menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah. Kondisi geografis yang berkapur di daerah pegunungan dan daerah lahar dapat menyebabkan kandungan yodium dalam tanah sangat rendah sehingga menyebabkan GAKI.
Faktor sosial budaya yang mempengaruhi gizi seseorang misalnya pada faktor kepercayaan. Lingkungan masyarakat desa yang miskin cenderung memberikan makanan tambahan pada balita setelah jangka waktu lebih lama daripada seharusnya karena mereka mempercayai bahwa dengan pemberian ASI saja sudah cukup. Selain itu ada beberapa faktor lain yaitu, ketidaktahuan hubungan antara makanan dan kesehatan dimana seseorang hanya makan seadanya asal kenyang, prasangka buruk pada beberapa makanan bergizi tinggi, ada kebiasaan yang merugikan atau pantangan pada makanan tertentu, kesukaan yang berlebihan satu jenis makanan sehingga menyebabkan asupan gizi kurang bervariasi.
Faktor ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi sumber pangan yang dikonsumsinya. Hal itu berakibat pada masukan zat gizi yang selanjutnya berpengaruh pada status gizi orang tersebut. Status sosial ekonomi akan mempengaruhi praktik kesehatan dan sanitasi lingkungan masyarakat. Dimana hal tersebut memiliki andil dalam perkembangan penyakit di masyarakat. Adanya penyakit atau infeksi pada masyarakat juga akan mempengaruhi status gizi masyarakat. Misalnya, jika masyarakat terkena cacingan akan menyebabkan anemia.
Faktor politik yang ikut berkontribusi dalam status gizi masyarakat misalnya adalah pergantian kebijakan tentang pengadaan tambahan makanan bergizi pada sekolah-sekolah yang semula ada menjadi ditiadakan karena pergantian pemimpin. Zat gizi yang semula dipenuhi dari tambahan makanan bergizi menjadi tidak dipengaruhi lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Moehji, Syahmien. 1982. Ilmu Gizi Jilid 1. Baratara Karya Aksara: Jakarta.
Soekirman dan Fasli Jalal. 1990. Pemanfaatan Antropometri Sebagai Indikator Sosial Ekonomi.Gizi Indonesia, Journal of The Indonesia Nutrition Association Vol.XV Nomor 2. Jakarta.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta.
Winarno, FG. 1990. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar